Rabu, 07 Maret 2012

KONSELING LINTAS BUDAYA"HUBUNGAN BUDAYA DAN EMOSI"

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Dasar Pemikiran
A.    Pentingnya Emosi dalam kehidupan dan perilaku manusia serta hubungannya dengan budaya
Emosi merupakan salah satu titik kepribadian manusia mudah tidaknya perasaan seseorang terpengaruh oleh kesan-kesan (Sumadi Suryabrata 1994:83)
Pentingnya emosi dalam kehidupan dan perilaku manusia diakui secara luas dalam psikologi. Emosi memberi warna pada hidup, menjadikannya penuh makna. Pengalaman emosional juga dapat menjadi motivator penting perilaku. Ekspresi emosi juga penting dalam komunikasi dan memainkan peran penting dalam interaksi sosial. Setiap manusia memiliki emosi, memberinya identitas dan sepertinya harus belajar beradaptasi serta mengontrol emosinya. Mengkaitkan emosi dengan individu adalah berbicara mengenai variasi setiap orang. Bagaimana kita mendefinisikan emosi, seberapa penting kita memandangnya, bagaimana kita mengelolanya, merasakannya, menerimanya dan mengekspresikannya, setiap orang adalah berbeda dan unik. Berbicara mengenai individu manusia tentu tidak lepas dari konteks budaya dalam hidupnya. Bagaimana pun keduanya adalah saling mempengaruhi. Begitupun kaitannya dengan emosi, setiap budaya adalah unik dan berbeda dalam bagaimana budaya tersebut memberi arti, melihat, mengelola, dan mengekspresikan emosinya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bagaimanakah perbedaan ataupun persamaan setiap budaya dalam konsep emosinya.
B.     Teori dan Pandangan Tradisional tentang Emosi
Ada dua hal yang biasanya terlintas bila berbicara tentang emosi, yaitu:
1.    Pengalaman emosi, yakni kondisi subjektif, perasaan dalam diri kita.
2.    Ekspresi kita atas emosi melalui suara, wajah, bahasa, atau sikap tubuh (gesture).
Teori utama tentang pengalaman emosional, antara lain:
  1. Teori James/ Lange, menyatakan bahwa pengalaman akan emosi merupakan hasil dari persepsi seseorang terhadap arousal fisiologis (pada sistem saraf otonomik) serta terhadap perilaku tampaknya (overt behaviour-nya) sendiri.
  2. Teori Cannon/ Bard, menyatakan bahwa arousal otonomik terlampau lamban sehingga tidak bisa dipakai untuk menjelaskan terjadinya perubahan dalam pengalaman emosional. Sebaliknya pengalaman emosional yang sadar dihasilkan oleh stimulasi langsung atas pusat-pusat otak di korteks.
  3. Teori Schatcher/ Singer (teori yang terfokus pada peran interpretasi kognitif), menyatakan bahwa pengalaman emosional tergantung hanya pada interpretasi seseorang terhadap lingkungan di mana ia mengalami arousal. Menurutnya emosi tidak terdeferensiasi secara fisiologis.
Adapun beberapa teori umum, yaitu:
  1. Teori Thomkins, menyatakan bahwa emosi bersifat adaptif secara evolusioner dan bahwa ekspresinya merupakan bawaan biologis dan bersifat universal pada semua orang di budaya manapun.
  2. Teori Ekman (1972) dan Izard (1971), menyatakan bahwa setidaknya terdapat enam ekspresi wajah emosi yang pankultural atau universal, seperti marah, jijik, takut, sedih, dan terkejut.
Kesamaan dari keseluruhan teori ialah semua melihat adanya peran sentral bagi pengalaman emosi subjektif bagi perasaan batin (inner feeling) seseorang.
1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimanakah perkembangan emosi di kalangan pelajar SMA dan masalah apa sajakah yang sering dialami siswa terkait dengan perkembangan emosi  ?
b.      Bagaimanakah peranan konseling lintas budaya dalam menangani siswa yang kecerdasan emosinya belum berkembang dengan baik serta kecenderungan terhadap masalah yang mereka hadapi terkait dengan perkembangan emosi mereka ?
1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan umum
a.       Untuk mengetahui perkembangan emosi di kalangan pelajar
b.      Untuk mengetahui peranan konseling lintas budaya dalam menangani masalah yang diakibatkan oleh kecerdasan emosional yang belum berkembang dengan baik di kalangan pelajar

Tujuan Khusus
Sebagai tugas mata kuliah Konseling Lintas Budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Perkembangan emosi di kalangan pelajar SMA Prasetya dan masalah yang sering dialami siswa terkait dengan perkembangan emosi
Lebih dari 70 % remaja usia SMA sangat rentan terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan emosi yang sulit dikendalikan. Beberapa contoh kasus yang kami temui dilapangan adalah adanya perkelahian antar siswa, penyalahgunaan jejaring social seperti cuhat  yang terlalu berlebihan di situs jejaring social sehingga dapat menyebabkan masalah, dan yang paling sering kali terjadi adalah masalah stress.
Dari dua orang siswa sebagai sample yang kami wawancarai menyatakan bahwa emosi yang paling menonjol dan paling sulit dikendalikan adalah marah.
Berikut adalah data hasil wawancara kami :
Nama : Bambang S. Pooe/18 Tahun/ gorontalo
            Orientasi seksual (cara berfikir): lebih suka berfikir yang positif apabila ada maslah
Status ekonomi : ekonomi lemah
Pengaruh budaya : hidup di lingkunagn yang banyak aturan
Kesehatan : sering sakit kepala karena banyak beban dalam pikiran
Pengaruh pemahaman keagamaan: sangat berpengaruh apabila tidak memiliki pemahaman
Pengaruh orang lain : lingkungan sangat berpengaruh dalam kehidupan, karena kehidupan ini tidak bisa lepas
Modal pengetahuan: dengan belajar
Gaya belajar: belajar dengan menggunakan jadwal yang telah di buat
Hasil Wawancara
Dari siswa:
1.      Menurut anda apa itu emosi…..?
Emosi merupakan tingkat kemarahan, perasaan, senang, sedih. Untuk mengendalikan emosi marah yaitu mereka membutuhkan waktu untuk sendiri dan tak mau diganggu sampai mereka membutuhkan teman yang bisa mereka ajak berbicara.
2.      Emosi itu ada yang positif dan negative, kira-kira emosi negative yang sering terjadi pada diri anda itu apa..?
Emosi negative yang sering terjadi yaitu, marah
3.      Mengapa sehingga demikian ?
Karena antara saya dengan teman-teman itu selalu berbeda pendapat  
4.      Menurut anda apakah beda emosi antara orang yang tinggal di pegunungan dan di dataran ?
Tingkat emosi orang yang tinggal di pegunungan dan di dataran itu sama hanya tempat yang berbeda.
5.      Saat anda sedang marah, berapa lama anda membutuhkan waktu untuk meredahkan kemarahan anda….?
Tergantung tingkat kemarahan yang terjadi, kalau marahnya berat maka membutuhkan waktu sehari untuk meredahkan kemarahan itu. Dan kalau tingkat kemarahan hanya tingkatan ringan hanya membutuhkan waktu beberapa menit atau bebrapa jam untuk meredahkan kemarahan itu.

Nama : Lissa R Ramli/ 17 Tahun/Surabaya
1.      Menurut anda apa itu emosi…..?
Emosi merupakan perasaan yang muncul pada seseorang seperti emosi marah, sedih, iri hati.
2.      Emosi itu ada yang positif dan negatif, kira-kira emosi negatif yang sering terjadi pada diri anda itu apa..?
Emosi negatif yang ada pada diri saya yakni emosi marah, karena saya sering mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Mengapa demikian ?
Karena setiap tingkah laku seseorang itu berbeda dan sering berbeda pendapat antara satu dengan yang lain.
4.      Menurut anda apakah beda emosi antara orang yang tinggal di pegunungan dan di dataran rendah ?
Menurut saya sama, namun tempat tinggal yang berbeda.
5.      Saat anda sedang marah, berapa lama anda membutuhkan waktu untuk meredahkan kemarahan anda….?
Ya, tergantung kemarahan yang saya alami. Kalau tingkat kemarahan saya kurang pasti hanya sekejab untuk meredahkannya, kalau tingkat kemarahan saya tinggi, mungkin untuk meredahkannya membutuhkan waktu yang lama.

2.2  Peranan konseling lintas budaya dalam menangani siswa yang kecerdasan emosinya belum berkembang dengan baik serta kecenderungan terhadap masalah yang mereka hadapi terkait dengan perkembangan emosi mereka
A.       Konsep Konseling Lintas Budaya
        Isu-isu tentang antar atau lintas budaya yang disebut juga multibudaya meningkat dalam
dekade 1960-an, yang selanjutnya melatari kesadaran bangsa Amerika pada dekade 1980-an. Namun, rupanya kesadaran itu disertai dengan kemunculan kembali sikap-sikaprasialis yang memecah-belah secara meningkat pula (Hansen, L. S., 1997:41). Hal inimenjelaskan pandangan, bahwa dibutuhkan pendekatan baru untuk kehidupan pada abad-21, baik yang melingkup pendidikan bagi orang biasa maupun profesional dalam bidanglintas serta keragaman budaya. Pendidikan yang dimaksud hendaknya menegaskandimensi-dimensi keragaman dan perbedaan. Dengan kata lain, kecenderungan pendidikanyang berwawasan lintas budaya sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia abad-21.
Dalam bidang konseling dan psikologi, pendekatan lintas budaya dipandang sebagai kekuatan keempat setelah pendekatan psikodinamik, behavioral dan humanistic (Paul Pedersen, 1991). Banyak pengarang menulis tentang konseling lintas budaya sering dari populasi minoritas mereka sendiri, untuk menyebut jalan pergerakan dari suatu yang menegaskan landasan pengetahuan Eurosentrik, yang sebelumnya melingkupi landasan pengetahuan pluralistik; akhirnya ditandai oleh pendekatan holistik untuk membantu dan penyembuhan, terfokuskan pada kelompok dan keluarga alih-alih pada individu, dan menggunakan sudut pandang yang integral alih-alih yang linear.
Suatu masalah yang berkaitan dengan lintas budaya adalah bahwa orang mengartikannya secara berlain-lainan atau berbeda, yang mempersulit untuk mengetahui maknanya secara pasti atau benar. Dapat dinyatakan, bahwa konseling lintas budaya telah diartikan secara beragam dan berbeda-beda; sebagaimana keragaman dan perbedaan budaya yang memberi artinya. Definisi-definisi awal tentang lintas budaya cenderung untuk menekankan pada ras, etnisitas, dan sebagainya; sedangkan para teoretisi mutakhir cenderung untuk mendefinisikan lintas budaya terbatas pada variabel-variabelnya (Ponterotto, Casas, Suzuki, dan Alexander, 1995; Locke, 1992; Sue dan Sue, 1990). Namun, argumenargumen yang lain menyatakan, bahwa lintas budaya harus melingkupi pula seluruh bidang dari kelompok-kelompok yang tertindas, bukan hanya orang kulit berwarna, dikarenakan yang tertindas itu dapat berupa gender, kelas, agama, keterbelakangan,
bahasa, orientasi seksual, dan usia (Trickett, Watts, dan Birman, 1994; Arrendondo, Psalti, dan Cella, 1993; Pedersen, 1991).
Para ahli dan praktisi lintas budaya pun berbeda paham dalam menggunakan pendekatan universal atau etik, yang menekankan inklusivitas, komonalitas atau keuniversalan kelompok-kelompok; atau pendekatan emik (kekhususan-budaya) yang menyoroti karakteristik-karakteristik khas dari populasi-populasi spesifik dan kebutuhankebutuhan konseling khusus mereka. Namun, Fukuyama (1990) yang berpandangan universal pun menegaskan, bahwa pendekatan inklusif disebut pula konseling “transcultural” yang menggunakan pendekatan emik; dikarenakan titik anjak batang tubuh literaturnya menjelaskan karakteristik-karakteristik, nilai-nilai, dan teknik-teknik untuk bekerja dengan populasi spesifik yang memiliki perbedaan budaya dominan. Tampaknya konsep konseling lintas budaya yang melingkupi dua pendekatan tersebut dapat dipadukan sebagai berikut. Konseling lintas budaya adalah pelbagai hubungan konseling yang melibatkan para peserta yang berbeda etnik atau kelompokkelompok minoritas; atau hubungan konseling yang melibatkan konselor dan klien yang secara rasial dan etnik sama, tetapi memiliki perbedaan budaya yang dikarenakan variabel-variabel lain seperti seks, orientasi seksual, faktor sosio-ekonomik, dan usia (Atkinson, Morten, dan Sue, 1989:37).
Dedi Supriadi (2001:6) mengajukan alternatif untuk keefektifan konseling, setela mengemukakan definisi konseling lintas budaya. Bagi Dedi, konseling lintas budaya melibatkan konselor dan klien yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan karena itu proses konseling sangat rawan oleh terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak berjalan efektif. Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki kepekaan budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi diversitas budaya, dan memiliki keterampilan-keterampilan yang responsif secara kultural. Dengan demikian, maka konseling dipandang sebagai “perjumpaan budaya” (cultural encounter) antara konselor dan klien.
B.        Peranan KLB dalam menangani masalah emosi dikalangan pelajar SMA
Konseling lintas budaya dapat digunakan untuk membantu para siswa untuk  mengatasi kecenderungan-kecenderungan terhadap masalah-masalah terkait dengan emosi. Paling tidak dapat mewujudkan fungsi pencegahan dalam konseling.
Dalam keadaan hidup bersama ini masyarakat menciptakan sesuatu yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. Sesuatu yang diciptakan itu bisa berupa benda-benda (artifak), peraturan dan nilai nilai yang dipakai secara kolektif. Dengan mempergunakan kematangan dirinya, maka masyarakat tersebut menciptakan suatu bentuk budaya tertentu. Spesifikasi budaya yang dimiliki oleh masyarakat tertentu akan berbeda dengan budaya yang dimiliki oleh masyarakat lainnya (Herr, 1999). Dengan demikian, budaya akan dapat dipakai sebagai salah satu cara untuk mengenal masyarakat tertentu (Goldenweiser, 1963; Vontress, 2002).
Dengan demikian maka konseling lintas budaya digunakan untuk menemukan nilai yang dimiliki oleh setiap orang yang  akan memberikan arah bagi individu untuk mengartikan sesuatu hal yang berkenaan dengan perilaku yang akan ditampakkannya. Selain itu, nilai-nilai yang dianutnya akan menjadi suatu gaya hidup individu tersebut. Dengan demikian, yang diinginkannya untuk masa depannya sudah mulai tergambar.





























BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Emosi merupakan salah satu titik kepribadian manusia mudah tidaknya perasaan seseorang terpengaruh oleh kesan-kesan (Sumadi Suryabrata 1994:83).
Dari dua orang siswa sebagai sample yang kami wawancarai menyatakan bahwa emosi yang paling menonjol dan paling sulit dikendalikan adalah marah.
Konseling lintas budaya dapat digunakan untuk membantu para siswa untuk  mengatasi kecenderungan-kecenderungan terhadap masalah-masalah terkait dengan emosi. Paling tidak dapat mewujudkan fungsi pencegahan dalam konseling.













Daftar Pustaka
Mulyatiningsih, Rudi.2004.Bimbingan Pribadi, Sosial, Belajar, dan Karir, Jakarta : Grasindo
Uno, Hamzah dkk.2004.Landasan Pembelajaran,Jakarta : Nurul Jannah
taufikgun.blogspot.com/2010/05/bimbingan-konseling.html

















Lampiran
PEDOMAN WAWANCARA
Tahap-tahap dalam proses konseling secara umum yaitu :
1.      Tahap I : Pengembangan/Pembinaan Hubungan 
Dalam tahap I ini konselor mempunyai inisiatif untuk mempertemukan antara konselor dengan klien, guna untuk membangun hubungan baik antara klien, mengumpulkan informasi (data) mengenai hal yang sesuai dengan indikator yang diharapkan dalam proses tahap I. 
2.      Tahap II : Memperdalam penggalian
Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap I, kemudian memilih pendekatan dan strategi secara teoritis yang sesuai, selanjutnya konselor menggali kedalaman emosi dinamika kognitif klien, merumuskan masalah, pengambilan keputusan dan mengevaluasi ulangan dari tujuan tahap I.
3.      Tahap III : Menetapkan dan memecahkan masalah 
Pada tahap ini konselor berbekal dari dua tahap sebelumnya. Konselor berupa untuk memfasilitasi, mendemonstrasikan, mengajarkan, menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman dalam mengembangkan perubahan. Aktivitas klien difokuskan pada pengevaluasian emosional dan dinamika positif, mencoba tingkah baru yang baik di dalam sesi konseling dan membuang atau menghilangkan sesuatu yang tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling.
4.      Tahap IV : Pengakhiran dan Tidak Lanjut
Tahap ini merupakan tahap untuk menutup proses konseling, dan pada tahap akhir ini juga menentukan prioritas yang akan ditindaklanjuti sesuai dengan metode yang digunakan.

Kisi-kisi Wawancara
Aspek dan Indikator 
1. Internal 
a. Penyebab turunnya prestasi belajar siswa
b. Hubungan siswa dengan lingkungan sekolah
c. Hubungan siswa dengan keluarga 
2. Eksternal
a. Hubungan siswa dengan Lingkungan tempat tinggal
b. Faktor ekonomi keluarga 

Proses Koseling / wawancara
Aspek Item Pertanyaan dan Item Jawaban
1. Internal 
1. Apa yang kamu rasakan saat ini ? Alhamdulillah baik-baik saja pak, akan tetapi ada sesuatu yang ingin saya bicarakan pak. 
2. Apa yang terjadi pada diri kamu ? Belakangan ini saya mengalami kesulitan pak untuk belajar. Karena sekarang saya sedang ada masalah pak. 
3. Masalah apa yang sedang kamu hadapi saat ini ? Prestasi saya mengalami penurunan pak. 
4. Kenapa akhir-akhir ini prestasi kamu mengalami penurunan? y..karena sekarang susah untuk belajar pak. 
5. Hambatan apa saja bagi kamu sehingga prestasi kamu mengalami penurunan ? Hambatan saya terutama pada masalah biaya pak, biaya sekolah dan untuk beli buku. Kadang saya susah pak untuk belajar karena saya tidak mempunyai buku yang harus saya pelajari pak. 
6. Apakah kamu menjalin hubungan dengan baik dengan teman sebaya kamu dilingkungan sekolah ? Kalau hubungan saya dengan teman-teman saya baik-baik saja pak.
7. Bagaimana dengan guru mata pelajaran kamu ? Dan kalau dengan guru setiap mata pelajaran juga baik-baik saja pak. 
8. Apakah ada salah satu guru disekolah yang tidak kamu sukai ? Tidak ada pak semua guru yang mengajar saya suka pak dan menurut saya guru yang mengajar saya baik-baik ko pak. 
9. Menurut kamu mata pelajaran apa yang paling sukar untuk dipelajari ? Kalau menurut saat pelajaran yang paling sukar dipelajari seperti matematika dan bahasa inggris, akan tetapi bila saya mempunyai bukunya saya akan mempelajarinya pak biar saya menjadi bisa dan tidak sukar untuk dipelajarinya. 
10. Bagaimana hubungan kamu dengan teman maupun guru disekolah ? Hubungan saya dengan teman dan guru, saling bekerja sama dan memotivasi saya untuk belajar pak. 
11. Bagaimana hubungan kamu dengan keluarga ? Kalau hubungan saya dengan keluarga juga baik-baik saja dan keluarga saya saling menyayangi pak. 
12. Kamu anak yang keberapa dan berapa saudara kamu ? Saya anak yang pertama pak dari tiga bersaudara. 
13. Bagaimana suasana dikeluarga kamu ? Suasana keluarga saya sangat hangat pak dan nyaman. 
14. Apakah orang tua kamu selalu memberikan motivasi untuk belajar kamu ? Ya…pasti pak kedua orangtua saya selalu memberikan motivasi pak untuk beajar karena kedua orangtua saya ingin melihat saya menjadi anak yang pandai. 
15. Apa yang diharapkan bagi kedua orang tua dari kamu ? Harapan dari orangtua saya selain menjadi anak yang pandai tentunya yaitu menjadi anak yang sukses.

2. Eksternal 
1. bagaimana suasana tempat tinggal kamu ? Suasana tempat tinggal saya nyaman dan tentram pak, dan kebanyakan dilingkungan tempat tinggal saya anak pelajar. 
2. Apakah kamu menjalin hubungan atau komunikasi dengan orang-orang disekitar lingkungan tempat tinggal kamu ? Saya menjalin hubungan dengan orang-orang disekitar lingkungan saya dengan baik pak. 
3. Lingkungan tempat tinggal kamu nyaman untuk kamu belajar ? Oy..nyaman sekali pak karena dilingkungan saya banyak yang masih sekolah sehingga nyaman pak untuk belajar. 
4. Apakah kamu sering bertengkar dengan orang-orang disekitar tempat tinggal kamu ? Tidak pernah pak karena saya menjalin hubungan yang baik pak dengan orang-orang sekitar. 
5. Apa aktifitas sehari-hari kamu kalau dilingkungan tempat tinggal / rumah kamu ? Ya…selain belajar saya juga membantu orangtua tetapi adakala juga saya bermain. 
6. Pekerjaan orang tua kamu sebagai apa ? Pekerjaan orang tua saya wiraswasta pak, atau pekerja serabutan pak bekerja kalau ada, kalau tidak ada ya menganggur dirumah.
7. Kira-kira berapa penghasilan orang tua kamu sebulan ? Ya…gak pasti pak saya juga kurang tau pak. 
8. Menurut kamu cukup tidak untuk memenuhi kebutuhan keluarga kamu dengan penghasilan orang tua kamu itu ? Saya rasa cukup pak tapi ya hanya untuk makan sehari-hari. 
9. Apakah ada yang membantu selain orang tua kamu untuk mencari nafkah ? Itulah pak yang menjadi hambatan bagi saya untuk belajar karena sulitnya ekonomi ke;luarga saya, tentunya orang tua saya tidak ada pak yang membantu sedang ibu saya hanya ibu rumah tangga pak. 
10. Langkah apa selanjutnya untuk keluarga dan masa depan kamu ? Saya rasa, saya sebagai anak pertama saya harus memberikan contoh yang baik pak untuk adik-adik saya. Saya akan membantu kedua orangtua saya mencari nafkah sehabis pulang sekolah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan agar saya dapat membeli buku untuk belajar.